Tertulis sebuah cerita rakyat disebuah daerah dipesisir selat tiworo hiduplah sekelompok masyarakat primitif yang hidup rukun, damai walaupun dalam keseharian mereka dalam menjalankan aktifitasnya selalu menggunakan system barter, kampung rogo namanya. Menurut cerita, kampung rogo ini merupakan wilayah kekuasaan raja Tiworo yang bergelar “KOUMBANO”.

Seiring berjalannya waktu, kampung Rogo semakin banyak dan ramai dikunjungi orang atau pendatang yang ingin tinggal dan menetap di daerah itu. Terlebih lagi daerah itu mempunyai sebuah pasar terapung yang sangat terkenal dimasa itu yang bernama “PASAR LAKAPE”. Pasar ini sangat strategis karena berada di pesisir selat Tiworo sehingga proses barter terjadi di atas perahu seperti pasar terapung. Konon ceritanya di kampung ini dihuni oleh banyak mahluk halus yang menyerupai babi bertanduk yang menurut masyarakat sekitar menyebutnya “LABOROMBONGA”. Mahluk halus ini setiap kali menampakkan dirinya di kampung dan ada yang sempat melihatnya maka keesokan harinya di kampung ini selalu ada yang meninggal dunia.

Karena peristiwa ini sering terjadi, maka masyarakat menjadi ketakutan tinggal di daerah itu. Cerita peristiwa ini dari hari ke hari semakin ramai di bahas di masyarakat sampai akhir cerita ini terdengar juga oleh “ KOUMBANO” datang mengunjungi wilayah tersebut karena bagaimanapun juga masyarakat yang ada disitu merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai penguasa. Sesampainya di kampung Rogo, “KOUMBANO” menunjuk beberapa pohon besar yang menurut beliau merupakan tempat tinggal mereka. Kurang dari tiga hari, pohon yang ditunjuk oleh “KOUMBANO” itu pun berguguran daunnya yang pada akhirnya pohon itu mati. Muncul pertanyan di hati masyarakat, dibawa kemana “LABOROMBONGA” yang merupakan penghuni pohon itu?. Menurut “KOUMBANO” penghuni pohon itu telah ia puindahkan ketempat yang sangat jauh.

Sejak saat itu masyarakat kampung Rogo mulai hidup aman, damai dan selalu hormat dan taat pada “KOUMBANO”. Menurut mereka “KOUMBANO” yang ternyata memiliki nama asli “SIDAMANGURA” adalah bagaikan dewa penolong pada saat itu. Dari nama penguasa itulah maka dibuatlah sebuah desa bernama dusun masara dan dusun sidamangura. Kemudian dalam perkembangan waktu karena wilayahnya yang begitu luas, maka oleh pemerintah dimekarlah menjadi dua desa yaitu Desa Masara dan Desa Sidamangura sekaligus untuk mengabadikan nama dari seorang penguasa di zaman dulu.

Secara geografis desa Sidamangura sangat strategis karena berada di tengah-tengah Kecamatan Kusambi. Pasar “LAKAPE” karena seiring dengan berjalannya waktu Desa Sidamangura sangat ramai maka pasar “LAKAPE” di pindahkan di Desa Sidamangura tepat berada disamping Desa Sidamangura. Sejak saat itulah masyarakat Desa Sidamangura selalu bergotong royong membangun Desa dan berkeinginan menjadikan Desa Sidamangura menjadi sebuah Desa yang besar dan menjadi ikon baru untuk percontohan di era modern ini.

Kira-kira begitulah Sejarah singkat Desa Sidamangura, mungkin masih banyak yang belum terungkap dalam tulisan ini atau ada hal dalam sejarah diatas yang keliru, maka kami sebagai pemerintahan Desa Sidamangura membuka ruang-ruang diskusi yang bisa menambah potongan-potongan sejarah desa sidamangura sehingga bisa menjadi lengkap

Kedepan juga Pemerintah Desa akan mengupayakan dilakukan Sayembara Penulisan Sejarah Desa Sidamangura dan itu dikhususkan bagi generasi muda.

Tabel 1.  Sejarah Pemerintahan Desa